Markobar-42 Kopi Pahit: Etalase Simulakra dan Arah Strategis Pengelolaan Pascasarjana UINSU

Medan , 23 Desember 2025 Komunitas Pecinta Ilmu, Pengetahuan, dan Intelektual Kopi Pahit telah menyelenggarakan diskusi ilmiah Markobar (Mari Kopi Bareng) ke-42 dengan tema “Etalase Simulakra: Hendak ke Mana Arah Pengelolaan Pascasarjana UINSU?” ,bertempat di Coffee Shop Koperasi UINSU, pukul 09.00–12.00 WIB.

Kegiatan ini dihadiri oleh Civitas akademika Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) dan Pascasarjana UINSU, meliputi pimpinan, dosen lintas program studi, mahasiswa pascasarjana, peneliti, serta pemerhati Studi Islam. Diskusi difokuskan pada pendalaman konseptual dan strategis pengembangan Studi Islam, khususnya dalam rangka persiapan penyelenggaraan Program Magister Studi Islam, Magister Ilmu Syariah dan Program Doktor Studi Islam.

Dr. Usiono, M.A. selaku Presiden Kopi Pahit memulai diskusi dengan membedah konsep simulakra dalam pengembangan Studi Islam di perguruan tinggi. Ia mengkritisi kecenderungan pengelolaan program Studi Islam yang lebih menonjolkan simbol institusional, nomenklatur program studi, dan kepatuhan administratif, namun belum sepenuhnya ditopang oleh kekuatan epistemologis dan metodologis. Menurutnya, Studi Islam harus dikembangkan sebagai disiplin ilmiah kritis yang mampu membaca teks keislaman secara historis, kontekstual, dan transformatif, bukan sekadar reproduksi wacana klasik.

Prof. Dr. Amiruddin Siahaan, M.Pd., Sekretaris Senat UINSU, memaparkan aspek normatif dan kebijakan akademik dalam pengembangan Studi Islam. Ia menekankan bahwa pembukaan Magister dan Doktor Studi Islam harus didasarkan pada kejelasan body of knowledge, peta kompetensi lulusan, serta keterukuran capaian pembelajaran. Ia juga menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara kebebasan akademik dan tanggung jawab institusional agar Studi Islam berkembang secara ilmiah dan tetap berada dalam koridor regulasi pendidikan tinggi.

Prof. Dr. Azhari Akmal Tarigan, M.A., Wakil Rektor Bidang Akademik UINSU, secara khusus membahas arah kurikulum Studi Islam berbasis integrasi keilmuan. Ia menjelaskan bahwa Studi Islam di tingkat pascasarjana harus melampaui pendekatan monodisipliner dengan mengintegrasikan studi teks keislaman, ilmu sosial, filsafat, dan kajian kontemporer. Kurikulum Magister Studi Islam, menurutnya, perlu dirancang berbasis riset dan isu aktual seperti moderasi beragama, relasi agama dan negara, Islam dan digitalisasi, serta dinamika Islam global.

Direktur Pascasarjana UINSU, Prof. Dr. Nurussakinah Daulay, M.Psi., Psikolog, memaparkan kesiapan institusional Pascasarjana UINSU dalam menyelenggarakan Studi Islam pada level magister dan doktor. Ia menjelaskan penguatan sumber daya dosen lintas keilmuan, sistem penjaminan mutu internal, serta pembentukan atmosfer akademik berbasis riset. Ia menegaskan bahwa Studi Islam di Pascasarjana UINSU diarahkan untuk menghasilkan lulusan dengan kapasitas analisis kritis, integritas akademik, dan kontribusi keilmuan yang berdampak bagi masyarakat.

Dari perspektif eksternal, Prof. Dr. Budi Valianto, M.Pd., Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Medan, membagikan pengalaman pengelolaan program pascasarjana berbasis riset. Ia menekankan bahwa keberhasilan Studi Islam di tingkat pascasarjana sangat ditentukan oleh konsistensi budaya riset, produktivitas publikasi ilmiah, serta pembimbingan akademik yang intensif. Ia juga mendorong agar Program Doktor Studi Islam memiliki fokus riset unggulan yang jelas dan berkelanjutan.

Sementara itu, Prof. Dr. Salamuddin, M.A., Wakil Direktur Pascasarjana UINSU, menyoroti dimensi praksis pengelolaan Studi Islam. Ia menegaskan pentingnya penguatan layanan akademik, sistem pembimbingan tesis dan disertasi, serta pemanfaatan teknologi digital dalam pembelajaran pascasarjana. Menurutnya, Studi Islam harus mampu menjawab kebutuhan zaman tanpa kehilangan kedalaman tradisi keilmuan Islam.

Diskusi yang berlangsung interaktif ini memperlihatkan kesepahaman bahwa Studi Islam di Pascasarjana UINSU harus dibangun di atas fondasi epistemologis yang kokoh, kurikulum integratif, dan budaya riset yang kuat. Peserta diskusi dari kalangan sivitas akademika turut memberikan pandangan kritis mengenai pentingnya diferensiasi keilmuan, penguatan metodologi penelitian Studi Islam, serta orientasi luaran akademik yang berdaya saing global.

Markobar-42 tidak hanya menjadi forum diskusi reflektif, tetapi juga ruang konsolidasi pemikiran bagi pengembangan Magister Studi Islam dan Doktor Studi Islam Pascasarjana UINSU. Diskusi ini diharapkan menjadi pijakan strategis dalam membangun Studi Islam yang unggul secara akademik, relevan secara sosial, dan berkontribusi bagi pengembangan keilmuan Islam di Indonesia.